10/05/14

Misteri Hentakan Kaki Prajurit



MISTERI HENTAKAN KAKI PRAJURIT
Oleh: Nurul Ilma Apriliani, No copas! happy reading!!

Hari itu Lala dan beberapa teman sekelasnya sedang membicarakan soal hantu. Apa? Hantu? Iya.
Lala.
Tidak.
Percaya.
Hantu.
Di sekolahnya.
Entah mengapa, belakangan ini ramai orang membicarakan hantu di sekolahnya. Mungkin karena Fikri dan Rizki yang kabarnya diculik. Apa? Diculik?

Bel masuk berbunyi, semua murid-murid masuk ke dalam kelas, sekarang jadwal pelajaran Bahasa Indonesia. Bu Asya adalah guru mata pelajaran tersebut. Ternyata jam sudah menunjukkan pukul 9.30, waktunya istirahat. Lala, Vira dan Felli pergi ke kantin. membeli segelas es teh dan semangkuk mi bakso.
Di lahapnya makanan itu, di meja dekat lemari es milik ibu kantin. Tadi pagi Lala tidak sempat sarapan, tergesah-gesah pergi ke sekolah. Kesiangan. Lagi-lagi Felli dan Vira membicarakan soal hantu. 
 "Hantu lagi, hantu lagi!" keluh Lala kepada kedua temannya itu.
 "Mana ada hantu sih, disini?" sambungnya.
 "Iya, La. Benar. Kemarin Pak Poro katanya lihat hantu di sekolah kita, di lorong kelas empat." jawab Felli.
 "Iya, La. Reno juga!" ucap Vira.
 "Emangnya Reno kenapa?" tanya Lala seraya meminum es tehnya.
 "Katanya, pas dia lewat kesini, pas mau les dia dengar suara hentakan kaki." tukas Felli
 "Masa sih? Pokoknya aku nggak percaya!" tukas Lala
Asyik berbincang, bel masuk sudah berbunyi lagi. Sekarang waktunya mata pelajaran IPA oleh Pak Didi. 

Lala tiba di rumahnya, mengeluh kecapek-an. Di kamar, ditaruhnya tas ranselnya, berbaring di tempat tidur. Maklum saja, tadi setelah pelajaran IPA, Lala dihukum Pak Didi berdiri di lapangan. Tadi Lala menjahili Nisa, menyimpan permen karet di kursinya. Lala memang jahil, tetapi pintar dan pemberani. Sebelum tidur siang, Lala memikirkan pembicaraanya dengan kedua temannya tadi, HANTU. Masa sih? batinnya. "Nggak mungkin ah! masa ada hantu sih? Eh tapi, mungkin aja sih! Aahhh pusingg.. mendingan tidur aja." sambungnya. 

Jam beker di kamarnya berbunyi, sudah pukul tiga sore. Waktunya les matematika di Bu Mira, wali kelas Lala. Sebelum pergi, Lala mandi terlebih dahulu. Lalu menyiapkan barang - barang untuk les. Pukul setengah empat Lala pamit kepada ibunya. Pergi bersama Felli dan Vira, sahabatnya. Kalau kata Vira sih, "best friend forever". Menurut Lala dan Felli sih, Vira itu lebay-nya selangit. Lebay banget. Ketiga sahabat itu menempuh rute baru menuju rumah Bu Mira, melewati sekolah. Mereka tiba di depan gerbang sekolah. Sepi. Sunyi. Tak lama, Lala dan Felli mendengar suara aneh. Mereka berdua tak bisa menyimpulkan suara apa itu. Vira tidak mendengarnya, dari tadi ia asyik memainkan iPod-nya. Mendengarkan musik Raisa - Cold It Be. Ayah dan ibu Vira bekerja setiap hari. Bahkan weekend pun biasanya mereka tidak kemana - mana. Orangtuanya sibuk sekali. Vira adalah anak pengusaha sukses. Dia punya segalanya. Tapi, orangtuanya tidak pernah berkumpul dengannya. Kerja, kerja, dan kerja. Berbeda dengan Lala, setiap hari ibunya selalu membuatkan dia sarapan, makan siang, dan malam. Ayahnya bekerja di pabrik. Tapi, dia pintar dan selalu mendapat peringkat satu atau dua di kelasnya. Ayah dan ibunya pun selalu memperhatikan dia. Felli adalah anak keturunan Tionghoa. Nama lengkapnya Jessica Felliyang. Felli lumayan pandai, dia selalu mendapat peringkat sepuluh besar di kelasnya.

 "Tadi dengar sesuatu, nggak?" tanya Lala.
 "Iya! Aku mendengarnya!" jawab Felli.
 "Aku nggak dengar apa-apa tuh." tukas Vira.
 "Ya iyalah, dari tadi kamu main hape terus sih! Hahahaha" Felli menertawakan Vira.
 "Udah, udah. Tadi suara apa ya?" tanya Lala lagi.
 "Nggak tau. Suara apa ya?" jawab Felli kembali.
 "Ih buat apa mikirin itu! sekarang udah jam empat kurang lima belas nih! cepetan!" teriak Vira
 "Hah? Ayoooooo!!" Felli dan Lala menjawab serentak.

Keesokkan harinya...

Hari ini hari Minggu. Sekolah libur. Lala, Felli dan Vira berkumpul di rumah Vira. Rumah Vira memang suka dijadikan tempat berkumpul oleh ketiga sahabat itu. Fasilitas di rumah Vira sangat lengkap. Ada playground, kolam renang, internet, buku-buku dan masih banyak lagi. Yang paling Lala sukai adalah membaca buku cerita di ayunan dekat kolam renang. Felli lain lagi, ia lebih suka bermain games di handphone Vira atau main internet. Tetapi, Vira lebih suka melihat teman-temannya bermain. Ia ingin merasakan ini bersama dengan kedua orangtuanya. Setiap hari, atau setiap libur. Di karpet dekat televisi, Lala memulai pembicaraan. 
 "Nanti sore kita ke sekolah yuk!" ucapnya.
 "Mau ngapain?" tanya Felli dan Vira hampir bersamaan.
 "Kita pecahkan misteri hantu itu!" jawab Lala.
 "Apaaa??!!" Felli dan Vira terkejut. "Ih, masa takut! Ayo kita pecahkab misteri itu sama-sama!" semangat Lala membara memenuhi ruangan.
 "Hmm. Gimana ya?" pikir Felli.
 "Aku mau kok! Ayo!" ucap Vira berani.
 "Viraaa!! kamu mau? Wah, ini kabar ter-wow!!" tukas Lala.
Mendengar kalimat itu, mereka bertiga tertawa. Setelah dirundingkan, mereka sepakat. Mereka akan pergi ke sekolah pukul empat sore nanti. 

Di rumah, Lala sibuk mempersiapkan bekal. Makanan dan senter dimasukkannya ke dalam tas sedang warna biru yang biasa dipakainya ke sekolah atau pun les. Tak lupa, kupluk hitam dan jaket biru ia pakai. Tak lama, terdengar suara Felli dan Vira memanggil-manggil namanya dari luar. Dibukanya pintu, dan pergi bersama kedua temannya itu tanpa pamit. Hanya meninggalkan sepucuk surat di atas meja belajarnya: "Ibu, Lala pergi dulu bersama Felli dan Vira. Ibu jangan khawatir ya. Lala akan baik-baik saja. Sebelum maghrib Lala sudah di rumah kok. Dear, Lala."

Di jalan, ketiga sahabat itu asyik mengobrol.
 "Vir, kamu bawa apa saja?" tanya Felli.
 "Aku nggak bawa apa-apa kok. Aku hanya membawa iPhone ku saja. Nggak lupa juga, powerbank! Nanti takutnya iPhone ku ini baterainya habis dan  kita butuh bantuan kan gampang" balasnya senyum.
 "Ah, ada-ada saja kamu, Vir! Kalau kamu, La?" tanya Felli lagi.
 "Nih." Lala menunjukkan isi tasnya.
 "Banyak banget, La!" ucap Vira terheran-heran.
 "Iya dong. Untuk bekal kita bertiga." jawab Lala kembali.
 "Wah. Terima kasih, ya La" ucap Felli dan Vira hampir bersamaan.
Lala mengangguk dengan senyum dan kembali menggendong tasnya di pundak. 

Lala, Felli, dan Vira tiba di sekolah. Lala membuka gerbang sekolah dan masuk pertama. Lalu diikuti oleh Vira dan Felli. 
 "Kita sudah di lapangan nih, La. Kita mau kemana?" tanya Vira.
 "Kita ke lorong kelas empat! Kan katanya Pak Poro lihat hantu disana." jawab Lala.
Felli dan Vira mengangguk mantap, meneruskan langkahnya ke lorong kelas empat. Saat tiba di lorong kelas empat... "Tuk, tuk". Terdengar suara seperti hentakkan kaki. Lala, Felli, dan Vira mulai merasa takut. Lala memberanikan diri mendengar lebih jelas suara itu. Ternyata benar, suara yang lebih jelas terdengar di ruang kelas empat. Lala membuka pintu itu, ternyata tidak dikunci. Mungkin, Pak Poro lupa mengunci pintu sekolah. Gerbang aja nggak dikunci. Batin Lala. Lala memasuki ruangan. Tak lama kedua temannya pun ikut masuk. 
 "Kalian dengar suara tuk tuk tuk kan?" tanya Lala.
 "Iyaa!!" jawab Felli dan Vira serentak.
Lala mendekati suara itu.
Semakin dekat. 
Semakin dekat. 
Semakin dekat.

Apa yang terjadi? Ia melihat dua orang anak kecil yang sedang melakukan gerakan baris-berbaris. Siapa itu? Ternyata mereka......

 "Apa?! Kalian ngapain disini?" tanya Lala, Felli, dan Vira.
 "Aku jelasin semuanya." jawab Rizki.
Rizki dan Fikri menjelaskan semuanya. Ini kesimpulannya:

Ternyata mereka adalah teman sekelas Lala, Rizki dan Fikri yang dikabarkan hilang satu minggu yang lalu. Mendengar kabar itu Lala pasti bilang "NGGAK MUNGKIN". Tapi ternyata, mereka pindah sekolah, tanpa kabar. Rizki dan Fikri adalah anak Pak Poro, penjaga sekolah. Pak Poro merasa sekolah ini tidak cocok untuk anak-anaknya. Beliau memindahkan mereka. Di sekolah barunya, Rizki dan Fikri mengikuti ekskul Pramuka, dan setiap sore mereka menghafal gerakan yang diajarkan di sekolah. Mereka berdua tidak ingin dilihat oleh teman-temannya, mereka malu. Maka, mereka membujuk ayahnya untuk membuka kunci kelas empat setiap sore. Pasti Lala, Felli, dan Vira TERKEJUT!

 "Oh, jadi gitu. Tapi kenapa kamu pindah sekolah tanpa kabar?" tanya Felli.
 "Karena ayahku nggak mau kalian semua tau." jawab Fikri.
 "Tapi kenapa?" tanyanya lagi.
 "Aku nggak bisa bicara ke kalian. Maaf" jawab Rizki.
 "Ya sudah. Tak apa" ucap Lala.
 "Baiklah, kita pulang dulu ya!" ucap Vira.
 "Iya, mari aku antar." jawab Fikri.
 "Terima kasih" ucap Felli.

Akhirnya ketiga sahabat itu meumutuskan untuk pulang. Lala tiba di rumahnya pukul setengah enam. Seperti yang dikatakannya dalam surat untuk ibu. Tapi, ketika Lala melewati lorong kelas dua, ia mendengar suara tangisan. Siapakah itu? MISTERI BELUM TERPECAHKAN.

0 komentar:

Posting Komentar